Clock

Selasa, 11 Juni 2013

Tata Cara Atau Aturan Etika Komunikasi Agar Tidak Kacau


Komunikasi adalah proses interaksi antara 2 objek atau lebih, dimana objek disini dapat berupa manusia atau benda ( perangkat ). Namun kali ini yang akan saya bahasa adalah komunikasi yang terjadi pada manusia. Tidak dapat dipungkiri bahwa sebagai manusia kita tidak dapat hidup sendiri, melainkan sangat bergantung sekali kepada orang lain, dan untuk dapat behubungan dengan manusia lain maka kita harus melakukan suatu proses yang dinamakan sebagai komunikasi. Karena inilah manusia disebut sebagai manusia sosial, yang saling berinteraksi satu sama lain, yang kemudian menumbuhkan nilai-nilai kebersamaan dan menjadi sebuah kebudayaan.

Dalam nilai-nilai yang terbentuk tersebut terdapat beberapa kaidah yang bertujuan mengatur tata cara kita berkomunikasi antar sesama tanpa menyakiti hati dan menjunjung tinggi etika sebagai sebuah tanda penghargaan pada lawan bicara kita. Namun terkadang pemakaian sesuatu yang kita anggap sebuah etika dapat berakibat pada sesuatu yang tidak menyenangkan dan menimbulkan kesalahpahaman antar sesama. Mengapa hal itu bisa terjadi? Padahal tujuan kita menggunakan etika adalah untuk mencoba menghargai khalayak.

Pemakaian etika dalam konteks komunikasi antar pribadi memiliki paradoks tersendiri. Di lain pihak, hal ini dapat menjadi hal yang positif namun terkadang sesuatu yang negatif dan cenderung merusak dan memperburuk keadaan juga dapat terjadi. Berbagai hal dinilai bertanggung jawab atas hal ini. Mulai dari cara kita berkomunikasi antar sesama sampai pada saat kita menggunakan etika dalam berinteraksi.

Etika dalam berkomunikasi dibagi menjadi 3 bagian, diantaranya yaitu :
1. Aksi Komunikasi
Aksi komunikasi merupakan suatu bentuk dimensi yang memiliki keterkaitan langsung dengan perilaku actor komunikasi, dimana perilaku actor komunikasi komunikasi sendiri hanyalah menjadi salah satu dimensi etika berkomunikasi, yang tak lain adalah bagian dari aksi komunikasi. Aspek teknisnya ditunjukan pada kehendak baik yang diungkapkan dalam etika profesi denga maksud agar ada norma intern yang mengatur profesi. Aturan semacam ini terumus dalam deontology jurnalisme. Mudah sekali para actor komunikasi mengalihkan tanggung jawab atau kesalahan mereka pada sistem ketika dituntut untuk mempertanggung jawabkan elaborasi informasi yang manipulative, menyesatkan public atau yang berbentuk pembodohan.


2. Sarana
Pada tingkat sarana, analisis yang kritis, pemilihan kepada yang lemah atau korban, dan berperan sebagai penengah diperlukan karena akses ke informasi tidak berimbang, serta karena besaranya godaan media ke manipulasi dan aliansi. Dalam masalah komunikasi, keterbukaan akses juga ditentukan oleh hubungan kekuasaan. Penggunaan kekuasaan dalam komunikasi tergantung pada penerapan falisitas baik ekonomi, budaya, politik,atau teknologi (bdk. Giddens, 1993:129). Semakin banyak fasilitas yang dimiliki semakin besar akses informasi, semakin mampumendominasi dan mempengaruhi perilaku pihak lain atau public. Negara tidak bisa membiarkan persaingan kasar tanpa penengah diantara para actor komunikasi maupun pemegang saham. Perdayaan [ublik mealui asosiasi warga Negara, class action, pembiayaan penelitian, pendidikan untuk pemirsa, pembaca atau pendengar agar semakin mendiri dan kritis menjadi bagian dari perjuangan etika berkomunikasi.


3. Tujuan
Dimensi tujuan menyangkut nilai demokrasi, terutama kebebasan untuk berekspresi, kebebasan pers, dan juga hak akan informasi yang benar. Dalam negara demikratis, para actor komunikasi, peneliti, asosiasi warga negara, dan politisi harus mempunyai komitmen terhadap nilai kebebasan tersebut. Negara harus menjamin serta memfasilitasi terwujudnya nilai tersebut.


Dalam berkomunikasi ada etika seperti dalam bahasa inggris, yaitu 5W+1H


1. Who (siapa)
Mengetahui siapa yang diajak bicara, seperti pandangan mata agar kita menghargai lawan bicara.


2. What (apa)
Lawan bicara harus tau apa yang sedang dibicarakan, karena jika tidak mengetahui apa yang dibicarakan pasti membuat kita merasa jengkel.


3. Where (dimana)
Berkomunikasi harus tau tempat, jika saja berbicara pendapat tentang sesuatu yang tidak disukai, maka bisa saja orang sekitar kita merasa tidak suka dengan pendapat kita.


4. When (kapan)
Tidak mudah untuk mengetahui kapan waktu yang tepat untuk berkomunikasi. Misalnya bertamu ke tempat orang yang penting, tidak mungkin kan saat shubuh berkumandang??


5. Why (mengapa)
Pertanyaan ini agar fokus dengan tujuan pembicaraan.


6. How (bagaimana)
Cara kita berkomunikasi dengan penyampaian yang jelas. Jika kita salah penyampaian, jadi salah juga kita dalam beretika komunikasi.




sumber :
http://ibrahimfundamental.blogspot.com/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar